Wednesday, January 28, 2009

Perbaikilah Niat & Perbanyaklah Membaca Al-Qur'an


Pertanyaan.Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Saya hafal dua juz dari Al-Qur’an. Setiap saya menghafal surat berikutnya saya lupa sebagian ayat yang telah saya hafal sebelumnya. Tolong berikan saya petunjuk pada obat penyakit lupa ini. Semoga Allah membalas kebaikan Anda ?Jawaban.

Pertama : Perbaiki niat anda dalam membaca Al-Qur’an Al-Karim

Kedua : Perbanyaklah membaca Al-Qur’an Al-Karim, karena sesunggguhnya Al-Qur’an Al-Karim ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membutuhkan penjagaan (muraja’ah) dan banyak membaca, karena Al-Qur’an itu lebih cepat terlepas melebihi unta dari ikatannya. [1]Berarti Al-Qur’an membutuhkan dari anda banyak-banyak muraja’ah dan membaca. Bila engkau telah hafal satu surat, maka seringlah membaca dan mengulang-ngulangnya sampai mantap dan kuat, jangan pindah ke surat lain, kecuali bila engkau sudah menghafalnya dengan itqan (mantap).Ringkasnya adalah :[1]. Engkau wajib meluruskan niat dan mengamalkan apa yang telah diajarkan oelh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadamu. Dia berfirman.“Artinya : Dan bertaqwalah kepada Allah ; Allah mengajarimu” [Al-Baqarah : 282][2]. Engkau wajib memperbanyak membaca (Al-Qur’an).[3]. Mantapkan hafalanmu (yang sudah ada), jangan pindah dari satu ayat ke ayat lain, dari satu surat ke surat lain, kecuali setelah engkau memantapkan hafalan yang sebelumnya dan terpancang dalam ingatanmu.[Disalin dari buku 70 Fatwa Fii Ihtiraamil Qur’an, edisi Indonesia 70 Fatwa Tentang Al-Qur’an, Penyusun Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz, Penerbit Darul Haq]__________Foote Note[1]. Hadits Riwayat Al-Bukhari no. 5033 kitab Fadha’il Al-Qur’an, bab : 23 dan Muslim no. 1/23 (791) Kitab Shalat Al-Musafirin bab 33

Aktifkan Hati dengan Senantiasa Mengingat Kematian

Setiap mahluk hidup pasti mati. Ini lumrah kehidupan yang diakui di Barat maupun Timur. Untuk mengetahui kadar kehidupan seseorang dan kadar ketahanan mahluk hidup tidak memerlukan kecerdasan tinggi. Anak-anak juga tahu bahwa mati adalah sesuatu yang dialami orang atau mahluk hidup.
Hanya setiap orang sering alpa bahwa kematian senantiasa mengintai, bahawa batas waktu kita hidup di dunia sama sekali tidak diketahui.
Orang yang memiliki kesadaran akan batas-batas dalam kehidupan itulah yang disebut Rasullullah orang cerdas atau orang genius.
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ
"Orang yang cerdas ialah orang yang mengendalikan dirinya dan bekerja untuk kehidupan setelah kematian." (HR Tirmidzi)
Mahukah kita disebut orang genius? Siapapun manusia sangat gembira kalau digolongkan orang yang memiliki kecerdasan tinggi.
Dengan prinsip ini maka sedar akan waktu terakhir kehidupan di dunia ini menjadi sebahagian dari kecerdasan yang perlu dalam kehidupan. Sejarah telah mengajarkan Firaun yang mengaku Tuhan pun dan yang memerintahkan pembunuhan semua bayi laki-laki, akhirnya menelan kematian. Jejaknya boleh kita baca dan mumianya dapat kita saksikan di Mesir.
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ
وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
"Katakanlah, "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS Al-Jumu'ah
Peringatan ini mengharuskan kita senantiasa dalam keadaan sedar apakah sedang sibuk atau tidak, apakah mahu tidur atau baru terbangun. Apakah sedang gembira atau sedih.Semuanya diukur oleh kesedaran akan kematian.

MeMPeRMuDaH BaNGuN MaLaM

Bangun malam dan berqiyamulail dengan melakukan pelbagai ibadah seperti solah tahajjud, solah witir, tilawah Al-Qur’an, berzikir dan berdoa adalah amalan para da’i yang mencontohi generasi awal Islam. Apatah lagi di bulan Ramadhan yang mulia ini kita perlu mengambil peluang semaksima mungkin mengisi malam-malam kita dengan bertaqarub dengan Allah swt.Allah Subhanahuwata’ala menyarankan orang-orang beriman agar bangun malam untuk membersihkan hati mereka, memurnikan tauhid mereka dan menguatkan iman mereka. Firman Allah Subhanahuwata’ala:Hai orang yang berselimut. Bangunlah di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya). (Iaitu) seperduanya atau kurangilah daripada seperdua itu sedikit. Atau lebih daripada seperdua itu, dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). Sebutlah nama Rabbmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.(Al-Muzammil: 1-8)Namun, bangun pada malam hari di saat mata sedang mengantuk, bukanlah suatu amalan yang ringan, lebih-lebih untuk tujuan beribadah. Pengalaman ini pernah dialami oleh seseorang yang kemudian bertanyak kepada Hasan: “Hai Abu Sa’id, sesungguhnya saya melalui tidur malam dalam keadaan segar, saya juga telah menyediakan air untuk berwudhu’. Tapi mengapa saya sukar untuk bangun malam?”. Jawab Hasan: “Dosa dosamulah yang telah mengekangmu.”Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menjelaskan: “Makanan yang haram dan pandangan yang haram boleh menjadi sebab yang menyukarkan seseorang untuk bangun malam.”Berikut adalah beberapa langkah yang boleh untuk membantu memudahkan kita untuk bangun malam dan berqiyamulail.

1. KEINGINAN YANG KUAT

Apabila ingin melakukan solah malam, maka tumbuhkanlah keinginan yang kuat (iaitu niat) dari dalam diri untuk bangun malam sebelum menuju tempat tidur. Peliharalah niat itu dan perkuatkannya sehingga mata terpejam. Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam bersabda (yang bermaksud):”Barang siapa yang akan tidur, lalu berniat untuk bangun solah tahajjud, kemudian beliau tidur hingga ke pagi hari, maka dicatatnya niat itu sebagai satu pahala, sedang tidurnya itu dianggap sebagai kurnia daripada Allah yang diberikan kepadanya.”(Riwayat An-Nasai dan Ibnu Majah)

2. PUTUSKAN MIMPI DAN LIHATLAH KE LANGIT

Bila sudah terjaga, jangan berikan kesempatan kepada syaitan untuk menghalangi kita dengan menyambung semula mimpi-mimpi yang baru saja dialami. Sebaliknya putuskanlah mimpi-mimpi itu dan bersegeralah meninggalkan tempat tidur.Sebelum menunaikan solah, keluarlah melihat langit dan bintang-bintang sambil berdoa sebagaimana diucapkan oleh Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam untuk memohon rahmat Allah Subhanahuwata’ala: Ya Allah, tambahlah pengetahuanku dan janganlah Engkau belokkan hatiku, sesudah Engkau beri hidayah kepadaku. Berikanlah rahmat disisi-Mu kerana Engkau Maha Pemberi. Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan saya kembali sesudah mematikan saya dan kepada-Nya pula tempat kembali.

3. BERMULA DENGAN SOLAH YANG RINGAN

Sebaiknya solah tahajjud dimulai dengan
mengerjakan solah dua rakaat yang ringan, selanjutnya dikerjakan solah seperti yang dihajati. Dari Aisyah Radhiallahu ‘anha, katanya:”Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam itu apabila bangun malam untuk solah, baginda Sallallahu’alaihiwasallam bersabda: ”Apabila seseorang di antaramu bangun malam, hendaklah memulai solah dua rakaat yang ringan.”

4. BANGUNKAN KELUARGA

Apabila sudah bangun, jangan lupa untuk membangunkan ahli-ahli keluarga. Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam pernah membangunkan Ali bin Abi Thalib, menantunya, untuk solah malam sepertimana tercatat dalam sebuah hadith daripada Ali Radhiallah‘anhu: ”Bahwa Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam pada suatu malam mengetuk pintunya. Waktu Ali tidur bersama isterinya, Fatimah. Baginda bersabda: Apakah engkau berdua tidak bangun untuk solah?”Dalam hadith yang lain daripada Abu Hurairah Radhiallah‘anhu Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam bersabda:”Allah memberikan rahmat kepada lelaki yang bangun malam untuk solah lalu membangunkan pula isterinya dan apabila isterinya menolak lalu dipercikkan air ke mukanya. Allah juga memberikan rahmat-Nya kepada seorang perempuan yang bangun malam untuk solah lalu membangunkan pula suaminya dan apabila suaminya menolak lalu dipercikkan air ke mukanya.”Menurut Imam Ghazali, antara lain, ada empat perkara yang sebaik-baiknya dilakukan agar kita mudah bangun malam, iaitu:

1. Tidak terlalu banyak makan dan minum.
2. Kurangkan kegiatan yang menyebabkan rasa lemah fizikal dan emosi.
3. Peruntukkan waktu untuk tidur sebentar
4. Menjauhkan diri dari kegiatan yang berdosa karena hal ini menyebabkan keras hati, malas dan memutus rahmat Allah.

Mengenal Allah - Keseriusan Kita Di Tahap Mana?

Sesungguhnya kemuliaan dan ketinggian darjat manusia yang membezakannya dari seluruh manusia adalah terletak pada kesediaannya untuk mengenal Allah S.W.T. dengan hatinya dan membukti pengakuan hatinya ini dengan amal perbuatannya.Ia beriman dengan Asma’ Allah al-Husna (Nama-Nama Allah Yang Baik) dan dengan melakukan segala yang diperintahkan oleh Allah S.W.T. serta meninggal segala larangan-Nya.Ma’rifatullah merupakan hiasan kesempurnaan dan kebanggaan manusia semasa di dunia dan bekalan untuk di hari akhirat kelak. Tanpa mengenali Allah S.W.T. dan beriman kepada-Nya manusia akan kelitan terhina dan tidak sempurna sifat kemanusiaannya. Di akhirat kelak mereka akan memperolehi azab yang menghinakan.Realiti sekarang kebanyakan manusia mendakwa telah mengenal Allah S.W.T. dan menghafal Nama-Nama-Nya. Tetapi dalam kehidupan mereka, dalam tindakan pemikiran mereka, memperlihatkan sebaliknya. Walaupun mereka menyatakan Allah S.W.T. itu Malik al-Mulk (Raja Segala Raja), tetapi kita melihat orang-orang ini menyerahkan diri mereka untuk dipimpin, diperintah oleh nilai dan hukum Taghut. Mereka mengatakan bahawa Allah S.W.T. itu Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya (Allah Basir Bi al-’Ibad) tetapi dalam tindakan mereka tidak segan silu untuk malakukan ma’siat terhadap Allah S.W.T.. Firman Allah S.W.T. yang bermaksud:“Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah itu Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Surah al-Hajj: ayat 74).Sekiranya kita perhatikan realiti hidup para sahabat Rasulullah S.A.W., generasi Islam yang pertama, kita lihat hakikat Ma’rifatullah ini benar-benar menguasai hati dan tindakan mereka. Hati mereka benar-benar dikawal dan dipimpin oleh Ma’rifatullah.Pernah Amir al-Mu’minin, ‘Umar al-Khattab bertemu dan bertanya pada seorang budak pengembala kambing: “Kambing-kambing siapakah ini?” Jawab budak tersebut: “Kambing-kambing ini milik tuan saya.” Tanya ‘Umar: “Boleh saya membeli beberapa ekor dari kambing-kambing ini?” Jawab budak pengembala tersebut: “Kambing ini bukan saya yang punya, maka saya tidak berhak untuk menjualnya.” Kata ‘Umar: “Bukankah kambing-kambing ini banyak, sekiranya kamu jual seekor kepadaku, tuanmu tidak akan tahu kehilangan seekor itu, lagi pun tuanmu tiada di sini.” Jawab budak tersebut: “Kalau begitu di mana Allah?”. (Maksudnya bukankah Allah S.W.T. itu melihat segala kerja-kerja hambanya? Apakah kita tidak takut melanggar perintah-perintah-Nya?). Mendengar kata-kata budak itu, Amir Mu’minin menangis. Ia menangis melihat betapa hidupnya Iman budak itu. Betapa hati dan pemikiran budak pengembala itu dikawal dan dipimpin oleh Ma’rifah Asma’ Allah S.W.T., iaitu mengenal dan menyedari sifat-sifat Allah S.W.T..Begitu juga kita perhatikan pergantungan mereka kepada Allah S.W.T.. Kita lihat bagaimana Abu Bakar as-Siddiq, seorang yang dididik di Madrasah Rasulullah S.A.W., yang dididik dengan wahyu-wahyu Allah S.W.T. dan keimanan penuh kepada-Nya. Ketika turun perintah-perintah Allah S.W.T., yang mengarahkan Rasulullah S.A.W. dan para sahabatnya bersedia untuk menghadapi tentera Rom di Tabuk, sahabat-sahabat Rasulullah S.A.W. mula mengeluarkan harta benda mereka untuk bekalan jihad di jalan Allah S.W.T.. ‘Umar menderma separuh dari harta kekayaannya. Manakala Othman telah membekali sepertiga kelengkapan peperangan untuk tentera-tentera Muslimin. Tetapi Abu Bakr telah mendermakan semua harta benda dan kekayaan yang ada padanya. Dan apabila ditanya pada beliau: “Apa lagi yang tinggal pada diri dan keluarganya?” Beliau menjawab: “Aku tinggalkan Allah dan Rasul untuk diri mereka.”. Inilah contoh yang benar-benar memeperlihatkan hakikat hati seseorang mu’min yang bergantung kepada Allah S.W.T.. Hati yang benar-benar yakin dan sedar tentang sifat kekuasaan Allah S.W.T..